Kamis, 28 Mei 2015


Sabtu, 21 Maret 2015

Biografi Al-Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Aththas

Dalam Manakibnya disebutkan bahwa Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas adalah seorang “ Waliyullah” yang telah mencapai kedudukan mulia dekat dengan Allah SWT. Beliau termasuk salah satu Waliyullah yang tiada terhitung jasa-jasanya dalam sejarah pengembangan Islam dan kaum muslimin di Indonesia. Beliau seorang ulama “Murobi” dan panutan para ahli tasauf sehingga menjadi suri tauladan yang baik bagi semua kelompok manusia maupun jin.

Al Habib Abdullah bin Mukhsin. bin Muhammad. bin Abdullah. bin Muhammad bin Mukhsin bin Al-Quthb Husen bin Syekh Al Quthb Anfas Al Habib Umar bin Abdurrohman Al Aththas bin ‘Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman as-Seqqaf bin Muhammad maulad dawilah bin Ali maulad dark bin Alwy al-Ghayyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad shahib marbath bin Alwy khali’ qatsam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy Ba’Alawy bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-naqib bin Ali al-uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein as-sibth bin Ali bin Abi Thalib ibin Sayidatina Fatimah az-Zahra binti Rasulullah SAW,  adalah seorang tokoh ruhani yang dikenal luas oleh semua kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “Ahli kasaf” dan ahli Ilmu Agama yang sulit ditandingi keluasan Ilmunya, jumlah amal ibadahnya, kemulyaan maupun budi pekertinya, pada zamannya.
 
Al-Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas dilahirkan didesa Haurah, salah satu desa di Al-Kasri, Hadhramaut, Yaman, pada hari selasa 20 Jumadil Awal 1265 H. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dari ayahnya Al-Habib Muchsin Al-Aththas.rhm, Beliau mempelajari Al-Quran dari mu’alim Syekh Umar bin Faraj bin Sabah.rhm. setelah menghatamkan Al-quran beliau diserahkan kepada ulama-ulama besar dimasanya untuk menimba ilmu Islam, dan Al-Habib Abdullah bin Muchsin Al-Attas pernah belajar kitab risalah Jami'ah karangan Al-Habib Ahmad bin Zen Al-Habsyi.ra, Kepada Al-Habib Abdullah Bin Alwi Al-‘Aydrus.rhm
 
Dalam Usia 17 tahun beliau sudah hafal Al Qur’an. Kemudian beliau oleh Ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya. Beliau dapat menimba berbagai cabang ilmu Islam dan Keimanan.

Diantara guru–guru beliau, salah satunya adalah As-sayid Al Habib Al Quthb Ghauts Abu Bakar bin Abdullah Al Aththas.rhm, dari guru yang satu itu beliau sempat menimba Ilmu–Ilmu rohani dan tasauf, Beliau mendapatkan do’a khusus dari Al Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Aththas, sehingga beliau berhasil meraih derajat kewalian yang patut. Diantaranya guru rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulya Quthb Al Habib Sholeh bin Abdullah Al-Aththas penduduk Wadi a’mad, Hadhramaut.

Beliau berguru kepada :
1. Syaikh Umar bin Faraj bin Sabbah 
2. Habib Abubakar bin Abdullah Al-Atthas 
3. Habib Sholeh bin Abdullah Al-Atthas, di desa Ammad, Hadramaut. 
5. Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus, di desa Burdi, Hadramaut, disini ia bermukim cukup lama untuk menuntut ilmu dan membaca beberapa kitab diantaranya  kitab yang dikarang oleh Habib Ahmad  bin Zain Alhabsyi. 
6. Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdor 
7. Habib Ahmad bin Abdillah Al-bar 
8. Syekh Abdullah bin Ahmad Baswedan, di Karbah, Hadramaut, ia juga bermukim disini. 
9. Syekh Muhammad bin Abdullah Basaudan.

 
Habib Abdullah bin Mukhsin al-Aththas pernah membaca Al-Fatihah dihadapan Habib Sholeh dan al-Habib Sholeh menalkinkan Al-Fatihah kepadanya. Al A’rif Billahi Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Habsyi, ketika melihat Al Habib Abdullah bin Mukhsin al-aththas yang waktu itu masih kecil, beliau berkata sungguh anak kecil ini kelak akan menjadi orang mulya kedudukannya.

Al Habib Abdullah Bin Mukhsin pernah belajar Kitab risalah karangan Al Habib Ahmad Bin Zen Al Habsi kepada Al Habib Abdullah Bin A’lwi Alaydrus sering menemui Imam Al Abror Al Habib Ahmad Bin Muhammad Al Muhdhor. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa Waliyulllah yang tingal di hadramaut seperti Al Habib Ahmad Bin Abdullah Al Bari seorang tokoh sunah dan asar. Dan Syeh Muhammad Bin Abdullah Basudan. Beliau menetap di kediaman Syeh Muhammad basudan selama beberapa waktu guna memperdalam Agama.

Al Habib Abdullah bin Mukhsin pernah belajar Kitab risalah karangan Al Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi kepada Al Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus yang tinggal di Bur.

Beliau juga sering menemui Imam Al Abror Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Muhdhor tinggal di kota Quwaireh di Lembah Do’an. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa Waliyulllah yang tinggal di Hadramauth seperti Al Habib Ahmad bin Abdullah Al Bari seorang tokoh sunah dan atsar dan Syekh Muhammad bin Abdullah Basaudan, yang merupakan putra Imam Besar Syekh Abdullah bin Ahmad Basaudan yang tinggal di kota Khuraibah di lembah Do’an yang dikenal termasuk Sab’i Abdallah (Tujuh Abdullah) yang mana satu Abdullah diberi karomah oleh Allah SWT mampu mengajar dan mendidik umat muslim satu negeri. 

Ketujuh Abdullah tersebut adalah :
1. Habib Abdullah bin Husein bin Thohir
2. Habib Abdullah bin Umar bin Yahya
3. Habib Abdullah bin Husein Bil-Faqih
4. Habib Abdullah bin Alwy bin Shihab
5. Habib Abdullah bin Abu Bakar Ba'Alawy
6. Syaikh Abdullah bin Salim bin Smeir Al-Hadrami
7. Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan

Beliau menetap di kediaman Syekh Muhammad Basaudan (Lembah Do’an) selama beberapa waktu guna memperdalam agama.

 
Pada tahun 1282 Hijriah, Habib Abdulllah Bin Mukhsin menunaikan Ibadah haji yang pertama kalinya, selama ditanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan ulama-ulama Islam terkemuka. 

Selama di tanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan ulama–ulama Islam terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke Negrinya dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk memetik manfaat dari wali–wali yang terkenal.

Setelah dirasa cukup maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa Desa dan beberapa Kota di Hadramaut untuk mengunjungi para Wali dan tokoh–tokoh Agama dan Tasawuf baik dari keluarga Al A’lwi maupun dari keluarga lain.

Pada tahun 1283 H, Beliau melakukan ibadah haji yang kedua. Sepulangnya dari Ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai peloksok dunia untuk mencari karunia Allah SWT dan sumber penghidupan yang merupakan tugas mulya bagi seorang yang berjiwa mulya. Dengan izin Allah SWT, perjalanan mengantarkan beliau sampai ke Indonesia. beliau bertemu dengan sejumlah Waliyullah dari keluarga Al Alwi antara lain Al Habib Ahmad Bin Muhammad Bin Hamzah Al Aththas.

Sejak pertemuanya dengan Habib Ahmad beliau mendapatkan Ma’rifat. Dan, Habib Abdullah Bin Mukhsin diawal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan sebagai Kota tempat kediamannya. Guru beliau Habib Ahmad Bin Muhammad Al Aththas anyak memberi perhatian kepada beliau sehinga setiap kalinya gurunya menunjungi Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Aththas.

Dalam setiap pertemuan Habib Ahmad selalu memberi pengarahan rohani kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin sehingga hubungan antara kedua Habib itu terjalin amat erat. Dari Habib Ahmad beliau banyak mendapat manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan didalam tulisan yang serba singkat ini.

Dalam perjalan hidupnya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas pernah dimasukan kedalam penjara oleh Pemerintah Belanda, mungkin pengalaman ini telah digariskan Allah. Sebab, Allah ingin memberi beliau kedudukan tinggi dan dekat dengannya. Nasib buruk ini pernah juga dialami oleh Nabi Yusuf AS yang sempat mendekam dalam penjara selama beberapa tahun. Namun, setelah keluar dari penjara ia diberi kedudukan tinggi oleh penguasa Mashor yang telah memenjarakannya.

Karomah dan Kekeramatan Habib Abdullah 

Dalam perjalanan hidupnya, beliau Al Habib Abdullah bin Muhchsin Alatas pernah dimasukkan kedalam penjara oleh pemerintah Belanda pada masa itu dengan alasan yang tidak jelas (difitnah). Selama dipenjara, kekeramatan beliau makin nampak yang mengundang banyak pengunjung untuk bersilahturahmi dengan beliau. Sampai mengherankan pimpinan penjara dan para penjaganya, bahkan sampai mereka pun ikut mendapatkan keberkahan dan manfaat dari kebesaran beliau.

Selama di penjara ke keramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung kerpenjaraan tersebut. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Sampai mereka pun ikut mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran Habib Abdullah dipenjara.

Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin selalu dikabulkan Allah SWT, para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang mendatangi beliau Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika usulan dirawarkan kepada Habib Abdullah beliau menolak dan lebih suka menungu sampai selesainya masa hukuman. 
 
Dalam kejadian di penjara, pada suatu malam pintu penjara tiba-tiba telah terbuka dan telah datang kepada beliau kakek beliau Al Habib Umar bin Abdurrahman Alatas (Shohibul Ratib), seraya berkata,”jika engkau ingin keluar penjara keluarlah sekarang, tapi jika engkau bersabar, maka bersabarlah.”. Dan ternyata beliau memilih bersabar dalam penjara. Pada malam itu juga, beliau telah datangi Sayyidina Al Faqih Muqaddam dan Syekh Abdul Qadir Jaelani. Pada kesempatan itu Sayyidina Al Faqih Muqaddam memberikan sebuah kopiah Al Fiyah kepada beliau, dan Syekh Abdul Qadir Jaelani memberikan surbannya kepada beliau.

Para pengujung terus berdatangan kepenjara sehingga berubahlah penjaraan itu menjadi rumah yang selalu dituju, Beliau pun mendapatkan berbagai kekeramatan yang luar biasa mengingatkan kembali hal yang dimiliki para salaf yang besar seperti as-Sakran dan syekh Umar al-Muhdor
 
Diantara karomah beliau yang diperoleh, seperti yang diungkapkan : Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi.rhm (Surabaya). Bahwa Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas ketika mendapatkan anugerah dari Allah, beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah SWT, hilang akan hubungannya dengan alam dunia dan seisinya. “ketika aku mengunjungi Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas dalam penjara, aku lihat penampilannya amat berwibawa, dan beliau terlihat diliputi akan pancaran cahaya ilahi. Sewaktu beliau melihat aku, beliau mengucapkan bait-bait syair Al Habib Abdullah Al Haddad, dengan awal baitnya :
 
"Wahai yang mengunjungi aku dimalam dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitnah… Selanjutnya kami saling berpelukan dan menangis."
 
Karomah, kemuliaan yang Allah SWT limpahkan kepada kekasih-Nya, Al Habib Abdullah bin Muchsin Alatas yang lain diantaranya adalah sewaktu dipenjara, setiap kali beliau memandang  borgol yang dibelenggu dikakinya, maka terlepaslah borgol tersebut.
 
Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh sipir untuk mengikat leher beliau dengan rantai besi, maka dengan izin Allah rantai itu terlepas dengan sendirinya, dan pemimpin penjara beserta keluarganya menderita sakit panas, sampai dokter tak mampu lagi untuk mengobati. Hingga akhirnya pimpinan penjara itu sadar bahwa sakit panas tersebut disebabkan karena telah menyakiti Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas yang sedang dipenjara. Lalu pimpinan penjara itu mengutus utusan untuk memohon doa agar penyakit panas yang menimpa keluarganya dapat sembuh, dan berkatalah Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas “ambillah borgor dan rantai ini, ikatkan di kaki dan leher maka akan sembuhlah dia” maka setelah itu dengan izin Allah penyakit pimpinan penjara dan keluarganya pun dapat sembuh.
 
Setelah beliau keluar dari penjara, beliau mencari tempat yang sunyi, yang jauh dari banyak orang, dan ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lalu dipilihlah daerah Bogor (Empang), yang akhirnya Al Habib Abdullah bin Muchsin Alatas bertengger ditempat ini, beliau membeli tanah, membuat rumah sederhana dan beliau menyendiri sampai diangkat derajatnya oleh Allah SWT. (https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-habaib-nusantara/al-habib-abdullah-bin-mukhsin-al-aththas)

Label: ,

Biografi Al Habib Husein bin Abu Bakar Al Habsyi

Nama Habib Husein bin Abu Bakar Alhabsyi cukup dikenal bukan hanya di Jawa Timur, tapi juga di Nusantara. Putra kelahiran Surabaya 21 April 1921 ini, dikenal sebagai tokoh yang sangat vokal dalam membela Islam. Lebih-lebih pada masa Orde Baru, ustadz yang pernah menduduki kepengurusan teras Masyumi bersama Dr Mohamad Natsir ini, tidak jarang harus berhadapan dengan penguasa di zaman itu.
Untuk pendiriannya yang tegas dalam membela kepentingan umat Islam ini, ustadz yang selalu berpenampilan bersih harus beberapa kali masuk penjara. Tapi, itu semua dihadapinya dengan kesabaran, tabah, dan ruh tawakal yang luar biasa.

Pengetahuannya tentang Islam telah dimulai sejak kecil melalui pendidikan dasar di madrasah Al-Khoriyah di Surabaya. Pada usia 10 tahun ia sudah aktif mengikuti pengajian rutin yang membahas masalah-masalah fikih, tauhid, dan berbagai kitab lainnya. Berkat ketekunannya itu, sejak usia 12 tahun, Ustadz Husein sudah mampu menguasai dan membaca kitab-kitab dalam bahasa Arab.
Setelah lulus, ia kemudian mengajar di madrasah Al-Khoriyah tempat ia digembleng, bersama kakaknya Ustadz Ali. Kedua bersaudara ini kemudian khijrah ke Penang, Malaysia. Haus untuk mendapatkan ilmua, ustadz Husein pernah berguru pada Habib Abdul Kadir Bafagih (ulama besar dan ahli hadis), Syekh Mohammad Roba Hassuna (seorang ulama dari Palestina yang juga mengajar di madrasah Al-Khairiyah, Habib Alwi bin Tahir Alhadad (ulama dan mufti Johor Malaysia), Sayid Muhammad Muntasir Al-Kattani (dari dari Maroko).
Sepulang dari Malaysia, Ustadz Husein mulai aktivitas dakwah dan banyak berkecimpung dalam dunia politik. Dalam menapaki jenjang karirnya di dunia politik ini, ia sempat menduduki kepengurusan teras Masyumi.
Di sela kegiatannya yang padat, Ustad Husein masih sempat mengadakan safari dakwah, menyisir daerah-daerah terpencil kaum Muslimin seperti Sorong, pedalaman Maluku, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Karena ketegasannya dalam memperjuangkan cita-cita umat Islam, tidak jarang ia harus berhadapan dengan pihak penguasa dan beberapa kali dijebloskan ke penjara.
Pada tahun 1960-an, Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno. Setelah tidak lagi aktif dalam partai politik, Ustadz Husein berpendapat bahwa perjuangan Islam lebih afdol melalui pendidikan agama, bukan politik praktis. Dalam pikirannya terbersit keinginan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam.
Menurut Habib Muhammad Alhabsyi, muridnya, sikap Ustadz Husein yang anti ‘Barat’ dan ’sekularisme’ mendorongnya untuk menerapkan sitstem pendidikan dan peraturan yang sangat ketat bagi para santri.
Pada tahun 1971 Ustadz Husein mendidikan Pondok Pesantren (Ponpes) di Bondowoso, Jawa Timur. Dari Bondowoso kemudian hijrah dan mendirikan YAPI Bangil. Karena perkembangannya yang pesat, ia kemudian membangun Pesentren Putra di Kenep-Beji, Pesantren Putri dan TK di Bangil.
Enam tahun kemudian, berdirilah Pesantren Al-Ma’hadul Islami di desa Gunung Sari (Kenep), sekitar 40 km dari kota Surabaya — antara Bangil – Pandaan — di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pesantren ini dikelola Yayasan Pesantren Islam (YAPI), didirikan 21 Juni 1976 oleh Ustadz Husein Bin Abu Bakar. Di dekatnya, terdapat sebuah pesantren khusus untuk putri yang juga dikelola YAPI. Selama 18 tahun kedua pesantren ini telah mencetak lebih seribu santri putra dan putri.
Menurut Muhammad Alhabsyi yang kini mengelola pesantren itu, hampir seluruh waktu, tenaga, dan pikiran gurunya ini tercurah untuk kemajuan para santri. Selain mengawasi segala kegiatan di pesantren, ia juga terjun langsung mengajar para santri dalam berbagai disiplin ilmu, antara lain bahasa Arab, fikih, dan tafsir.
Ia mengembangkan metode yang berbeda dalam mengajarkan santrinya. Para santri diajak berdialog sebelum ilmu diajarkan.
Ustadz Husein baik dalam pengajaran maupun dalam ceramah-ceramahnya selalu menekankan pentingnya persatuan dan persaudaraan umat. Ia juga menekankan toleransi antar mazhab, memberikan kebebasan berfikir, sehingga mereka tidak mudah dikotak-kotakkan oleh faham/aliran yang sempit.
Dengan aplikasi gagasan-gagasannya itu, ujar Muhammad mengenai gurunya ini, ia telah mampu menciptakan era baru dalam pemikiran kaum muslimin yang lebih mengedepankan kepentingan-kepentingan Islam di atas kepentingan-kepentingan mazhab dan golongan. Hal ini terbukti sebagaimana buah hasil didikannya pada santri-santrtinya yang kini tersebar di berbagai belahan Nusantara.
Para santrinya kini tampil sebagai tokoh masyarakat di daerahnya masing-masing. Selain itu, diantara alumni pewsantren YAPI ini dengan mudah dapat melanjutkan pendidikan ke Mesir, Pakistan, Qatar, Arab Saudi, dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
Setelah puluhan tahun tanpa mengenal lelah mengabdikan diri pada Islam dalam dunia pendidikan dan dakwah, pada hari Jumat 3 Syaban bertepatan 14 Januari 1994, ustadz Husein menghadap Ilahi dalam usia 73 tahun di kediamannya di Bangil. Ribuan para pentakziah larut dalam duka dengan khusuk kturut mengiringi jenazahnya dari rumah duka ke Masjid Jamik Bangil untuk dishalatkan. Ia dimakamkan di belakang Masjid Tsaqalain yang terletak di kompleks Pesantren Putra Al-Ma’hadul Islami YAPI, Desa Gnung Sari (Kenep), Pasuruan.(https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-habaib-nusantara/al-habib-husein-bin-abu-bakar-alhabsyi-1)

Label: ,

Biografi Al-Habib Muhammad bin Husein Alaydrus

Ulama yang Berjuluk Habib Neon
Dia salah seorang ulama yang menjadi penerang umat di zamannya. Cahaya keilmuan dan ahlaqnya menjadi teladan bagi mereka yang mengikuti jejak ulama salaf
Suatu malam, beberapa tahun lalu, ketika ribuan jamaah tengah mengikuti taklim di sebuah masjid di Surabaya, tiba-tiba listrik padam. Tentu saja kontan mereka risau, heboh. Mereka satu persatu keluar, apalagi malam itu bulan tengah purnama. Ketika itulah dari kejauhan tampak seseorang berjalan menuju masjid. Ia mengenakan gamis dan sorban putih, berselempang kain rida warna hijau. Dia adalah Habib Muhammad bin Husein bin Zainal Abidin bin Ahmad Alaydrus yang ketika lahir ia diberi nama Muhammad Masyhur.
Begitu masuk ke dalam masjid, aneh bin ajaib, mendadak masjid terang benderang seolah ada lampu neon yang menyala. Padahal, Habib Muhammad tidak membawa obor atau lampu. Para jamaah terheran-heran. Apa yang terjadi? Setelah diperhatikan, ternyata cahaya terang benderang itu keluar dari tubuh sang habib. Bukan main! Maka, sejak itu sang habib mendapat julukan Habib Neon …
Habib Muhammad lahir di Tarim, Hadramaut, pada 1888 M. Meski dia adalah seorang waliyullah, karamahnya tidak begitu nampak di kalangan orang awam. Hanya para ulama atau wali yang arif sajalah yang dapat mengetahui karamah Habib Neon. Sejak kecil ia mendapat pendidikan agama dari ayahandanya, Habib Husein bin Zainal Abidin Alaydrus. Menjelang dewasa ia merantau ke Singapura selama beberapa bulan kemudian hijrah ke ke Palembang, Sumatra Selatan, berguru kepada pamannya, Habib Musthafa Alaydrus, kemudian menikah dengan sepupunya, Aisyah binti Musthafa Alaydrus. Dari pernikahan itu ia dikaruniai Allah tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan.
Tak lama kemudian ia hijrah bersama keluarganya ke Pekalongan, Jawa Tengah, mendampingi dakwah Habib Ahmad bin Tholib Al-Atthas. Beberapa waktu kemudian ia hijrah lagi, kali ini ke Surabaya. Ketika itu Surabaya terkenal sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan awliya, seperti Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhor, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya.
Selama mukim di Surabaya, Habib Muhammad suka berziarah, antara lain ke makam para wali dan ulama di Kudus, Jawa Tengah, dan Tuban, Jawa Timur. Dalam ziarah itulah, ia konon pernah bertemu secara ruhaniah dengan seorang wali kharismatik, (Alm) Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, Gresik.
Open House
Seperti halnya para wali yang lain, Habib Muhammad juga kuat dalam beribadah. Setiap waktu ia selalu gunakan untuk berdzikir dan bershalawat. Dan yang paling mengagumkan, ia tak pernah menolak untuk menghadiri undangan dari kaum fakir miskin. Segala hal yang ia bicarakan dan pikirkan selalu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran agama, dan tak pernah berbicara mengenai masalah yang tak berguna.
Ia juga sangat memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh orang lain. Itu sebabnya, setiap jam 10 pagi hingga waktu Dhuhur, ia selalu menggelar open house untuk menmui dan menjamu para tamu dari segala penjuru, bahkan dari mancanegara. Beberapa tamunya mengaku, berbincang-bincang dengan dia sangat menyenangkan dan nyaman karena wajahnya senantiasa ceria dan jernih.
Sedangkan waktu antara Maghrib sampai Isya ia perguankan untuk menelaah kitab-kitab mengenai amal ibadah dan akhlaq kaum salaf. Dan setiap Jumat ia mengelar pembacaan Burdah bersama jamaahnya.
Ia memang sering diminta nasihat oleh warga di sekitar rumahnya, terutama dalam masalah kehidupan sehari-hari, masalah rumahtangga, dan problem-problem masyarakat lainnya. Itu semua dia terima dengan senang hati dan tangan terbuka. Dan konon, ia sudah tahu apa yang akan dikemukakan, sehingga si tamu manggut-manggut, antara heran dan puas. Apalagi jika kemudian mendapat jalan keluarnya. “Itu pula yang saya ketahui secara langsung. Beliau adalah guru saya,” tutur Habib Mustafa bin Abdullah Alaydrus, kemenakan dan menantunya, yang juga pimpinan Majelis Taklim Syamsi Syumus, Tebet Timur Dalam Raya, Jakarta Selatan.
Di antara laku mujahadah (tirakat) yang dilakukannya ialah berpuasa selama tujuh tahun, dan hanya berbuka dan bersantap sahur dengan tujuh butir korma. Bahkan pernah selama setahun ia berpuasa, dan hanya berbuka dan sahur dengan gandum yang sangat sedikit. Untuk jatah buka puasa dan sahur selama setahun itu ia hanya menyediakan gandum sebanyak lima mud saja. Dan itulah pula yang dilakukan oleh Imam Gahazali. Satu mud ialah 675 gram. ”Aku gemar menelaah kitab-kitab tasawuf. Ketika itu aku juga menguji nafsuku dengan meniru ibadah kaum salaf yang diceritakan dalam kitab-kitab salaf tersebut,” katanya.
Habib Neon wafat pada 30 Jumadil Awwal 1389 H / 22 Juni 1969 M dalam usia 71 tahun, dan jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pegirikan, Surabaya, di samping makam paman dan mertuanya, Habib Mustafa Alaydrus, sesuai dengan wasiatnya. Setelah ia wafat, aktivitas dakwahnya dilanjutkan oleh putranya yang ketiga, Habib Syaikh bin Muhammad Alaydrus dengan membuka Majelis Burdah di Ketapang Kecil, Surabaya. Haul Habib Neon diselenggarakan setiap hari Kamis pada akhir bulan Jumadil Awal.
——————————————————————————————-
Pewaris Rahasia Imam Ali Zainal Abidin
Al-Habib Muhammad bin Husein al-Aydrus lahir di kota Tarim Hadramaut. Kewalian dan sir beliau tidak begitu tampak di kalangan orang awam. Namun di kalangan kaum ‘arifin billah derajat dan karomah beliau sudah bukan hal yang asing lagi, karena memang beliau sendiri lebih sering bermuamalah dan berinteraksi dengan mereka.
Sejak kecil habib Muhammad dididik dan diasuh secara langsung oleh ayah beliau sendiri al-‘Arifbillah Habib Husein bin Zainal Abidin al-Aydrus. Setelah usianya dianggap cukup matang oleh ayahnya, beliau al-Habib Muhammad dengan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT merantau ke Singapura.
أَََلَمْ َتكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فتَََهَاجَرُوْا فِيْهَا
Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? (Q.S an-Nisa':97)
Setelah merantau ke Singapura, beliau pindah ke Palembang, Sumatera Selatan. Di kota ini beliau menikah dan dikaruniai seorang putri. Dari Palembang, beliau melanjutkan perantauannya ke Pekalongan, Jawa Tengah, sebuah kota yang menjadi saksi bisu pertemuan beliau untuk pertama kalinya dengan al-Imam Quthb al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Seggaf, Gresik. Di Pekalongan jugalah beliau seringkali mendampingi Habib Ahmad bin Tholib al-Atthos.
Dari Pekalongan beliau pidah ke Surabaya tempat Habib Musthafa al-Aydrus yang tidak lain adalah pamannya tinggal. Seorang penyair, al-Hariri pernah mengatakan:
وَحُبِّ البِلَادَ فَأَيُّهَا أَرْضَاكَ فَاخْتَرْهُ وَطَنْ
Cintailah negeri-negeri mana saja yang menyenangkan bagimu dan jadikanlah (negeri itu) tempat tinggalmu
Akhirnya beliau memutuskan untuk tinggal bersama pamannya di Surabaya, yang waktu itu terkenal di kalangan masyarakat Hadramaut sebagai tempat berkumpulnya para auliaillah. Di antaranya adalah Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdor, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya dan masih banyak lagi para habaib yang mengharumkan nama kota Surabaya waktu itu. Selama menetap di Surabaya pun Habib Muhammad al-Aydrus masih suka berziarah, terutama ke kota Tuban dan Kudus selama 1-2 bulan.
Dikatakan bahwa para sayyid dari keluarga Zainal Abidin (keluarga ayah Habib Muhammad) adalah para sayyid dari Bani ‘Alawy yang terpilih dan terbaik karena mereka mewarisi asrar (rahasia-rahasia). Mulai dari ayah, kakek sampai kakek-kakek buyut beliau tampak jelas bahwa mereka mempunyai maqam di sisi Allah SWT. Mereka adalah pakar-pakar ilmu tashawuf dan adab yang telah menyelami ilmu ma’rifatullah, sehingga patut bagi kita untuk menjadikan beliau-beliau sebagai figur teladan.
Diriwayatkan dari sebuah kitab manaqib keluarga al-Habib Zainal Abidin mempunyai beberapa karangan yang kandungan isinya mampu memenuhi 10 gudang kitab-kitab ilmu ma’qul/manqul sekaligus ilmu-ilmu furu’ (cabang) maupun ushul (inti) yang ditulis berdasarkan dalil-dalil jelas yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh para pakar dan ahli (para ashlafuna ash-sholihin).
Habib Muhammad al-Aydrus adalah tipe orang yang pendiam, sedikit makan dan tidur. Setiap orang yang berziarah kepada beliau pasti merasa nyaman dan senang karena memandang wajah beliau yang ceria dengan pancaran nur (cahaya). Setiap waktu beliau gunakan untuk selalu berdzikir dan bersholawat kepada datuk beliau Rasulullah SAW. Beliau juga gemar memenuhi undangan kaum fakir miskin. Setiap pembicaraan yang keluar dari mulut beliau selalu bernilai kebenaran-kebenaran sekalipun pahit akibatnya. Tak seorangpun dari kaum muslimin yang beliau khianati, apalagi dianiaya.
Setiap hari jam 10 pagi hingga dzuhur beliau selalu menyempatkan untuk openhouse menjamu para tamu yang datang dari segala penjuru kota, bahkan ada sebagian dari mancanegara. Sedangkan waktu antara maghrib sampai isya’ beliau pergunakan untuk menelaah kitab-kitab yang menceritakan perjalanan kaum salaf. Setiap malam Jum’at beliau mengadakan pembacaan Burdah bersama para jamaahnya.
Beliau al-Habib Muhammad al-Aydrus adalah pewaris karateristik Imam Ali Zainal Abidin yang haliyah-nya agung dan sangat mulia. Beliau juga memiliki maqam tinggi yang jarang diwariskan kepada generasi-generasi penerusnya. Dalam hal ini al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad telah menyifati mereka dalam untaian syairnya:
ثبتوا على قـدم النبى والصحب # والتـابعين لهم فسل وتتبع
ومضو على قصد السبيل الى العلى# قدما على قدم بجد أوزع
_Mereka tetap dalam jejak Nabi dan sahabat-sahabatnya
Juga para tabi’in. Maka tanyakan kepadanya dan ikutilah jejaknya_
_Mereka menelusuri jalan menuju kemulyaan dan ketinggian
Setapak demi setapak (mereka telusuri) dengan kegigihan dan kesungguhan_
Diantara mujahadah beliau r.a, selama 7 tahun berpuasa dan tidak berbuka kecuali hanya dengan 7 butir kurma. Pernah juga beliau selama 1 tahun tidak makan kecuali 5 mud saja. Beliau pernah berkata, “Di masa permulaan aku gemar menelaah kitab-kitab tasawuf. Aku juga senantiasa menguji nafsuku ini dengan meniru perjuangan mereka (kaum salaf) yang tersurat dalam kitab-kitab itu”.
(Diadaptasi dari naskah karangan Habib Syekh Musawa Surabaya)
Sumber: https://ahlussunahwaljamaah.wordpress.com

Label: , , ,

Rabu, 17 Desember 2014

Kembali Ke Blogger

Assalamu'alaikum Wr Wb

Sobat Riyash :)
Info yang kurang enak datangnya dari Web Resmi PP. Riyadlus Sholihin yakni "riyadlussholihin.org" terbengkalai, karena belum dibentuknya sebuah Team disana ;)

Selanjutnya, dari pihak pengelola Web menunggu partisipasi dari para Alumni yang mumpuni dalam hal Pemrograman HTML, untuk diminta partisipasinya dalam perwujudan Web yang lebih Oke... :)

Sobat Riyash :)
Kami tunggu pertisipasinya ya...
Untuk kontak, silahkan langsung menghubungi kontak Kantor Pesantren

Wassalam

Label: ,

Kamis, 22 Mei 2014

Alamat Web Beralih...

Alamat Website Beralih Ke:

Http://www.riyadlussholihin.org/

Atau Klik Disini

Senin, 16 Desember 2013

Keutamaan Sholat Dhuha

Sholat Dhuha merupakan salah satu sholat sunah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Mengapa Demikian? Mari kita baca ulasan Ustadz Yusuf Mansyur...

Berikut ulasan Ustadz Yusuf Mansur melalui akun Twitternya.
1. Ada yg tau ga kalo dhuha itu hutang kita ke Allah? Hutang 2 rokaat sehari. Yg kalo ga dibayar, maka numpuk. Loh loh, kan sunnah? #dhuha
2. Betul dhuha emang sunnah. Tapi sunnah muakkadah. Sunnah tg tramat penting. Yg kalo ditinggal, ya ada juga “resiko”nya. #dhuha
3. Sunnah muakkadah kalo ditinggal dlm wkt yg lama, tidak dijalankan dlm wkt yg lama, sangat negatif ke kualitas kehidupan&rizki. #dhuha
4. Gini ya, kenapa saya sebut sbg hutang… Dlm 1hr, sjak awal pagi, sampe pagi lagi, qt itu sesungguhnya kudu sedekah Mewujudkan Impian Dengan Sedekah  tanpa putus. #dhuha
5. Tiap sendi qt, dituntut sedekahnya. Kudu bayar. Ya iya lah. Untuk oksigen tambahan aja, kita kudu bayar. Mahal banget. Kalo anfal. #dhuha
6. Nah, apalagi oksigen yg kita hirup, free 24 jam. Trnyata ga bnr kan free itu. Kudu bayar. Dituntut sedekahnya. Belom lagi mata, dll #dhuha
7. Pokoknya kudu bayar. Dan ga bakalan kebayar. Siapa juga yang mampu bayar semua rizki&nikmat Allah? Sistem pernafasan yg komplit, #dhuha
8. sistem pencernaan, sistem penglihatan, pendengaran, &semua tubuh qt adlh keajaiban-Nya. Ini smua Allah adakan sedekah atasnya. #dhuha
9. Kitanya aja yg merasa free2 aja. Bebas2 aja. Ga ada tanggung jawab, ga ada beban, ga ada kewajiban. Pdhl engga gitu. #dhuha
10. Nyatanya tdk sdikit nikmat yg Allah kurangi, bahkan Allah cabut. Sbb di antaranya kitanya ga atau kurang brsyukur. #dhuha
11. Terus persoalannya, kalau bayar, dari pagi sampe pagi, atas semua rizki yg Allah kasih, harus bayar brp? Ga ada yg sanggup bayar. #dhuha
12. Dan Allah maklum itu. Ga bakalan ada yang bisa bayar atas semua riki&nikmat-Nya. Karena itu Allah cukupkan bayarannya dg dhuha… #dhuha
13. Allah cukupkan kewajiban kita bayar kpd Allah, dg dhuha 2 rokaat di pagi hari. Subhaanallaah, baik ya? Tukerannya Maha Ringan. #dhuha
14. Ya. Harusnya Maha Ringan. Ga ada bandingannya 2 rokaat dg kwajiban bayar 1hr POL rizki&nikmat Allah. Mestinya. #dhuha
15. Dan itu sekaligus mmberi pmahaman kpd qt, betapa besarnya dhuha itu. Nilainya sebanding dg seluruh bayaran Allah atas makhluk-Nya. #dhuha
16. Begitulah. Dhuha 2 rokaat, menjadi bayaran kita kpd Allah. #dhuha
17. Allah mencukupkan diri-Nya “dibayar” oleh kita, dg tambahan dhuha 2 rokaat di pagi hari. Luar biasa. #dhuha
18. Tentunya, itu kalau syarat minimal, dipenuhi&trpenuhi jg. Yakni soal shalat 5 wktnya. Tertib, bagus, tpt wkt, jamaah, di masjid #dhuha
19. Artinya, kalau dhuhanya cakep, trus shalat fardhunya ga cakep, ya tentu “bayaran” itu akan krg jg. &akan ada yg diambil o/ Allah. #dhuha
20. Saya udah nyampe di UIN. So, hrs ramah tamah dulu, kumpul2 sama alumni, dosen2… Tar terusin lagi ya. InsyaAllah. Ga janji. #dhuha
21. Pahami dulu twit dari dhuha_1 s/d dhuha_20. Hitung tuh hutang dhuha situ pada. 1th tdk dhuha, hutangnya 365hrx2 rokaat. #dhuha
22. Lah, kalau dari beliau ga dhuha? Hitung dah tuh… Brp hutang kita… Tar saya sekalian ksh solusinya buat ngebayar itu hutang. #dhuha
23. Jadi yg kudu dibaca, bukan sampe dhuha_20 ya. Tapi sampe 23, he he he. Salam dhuha di ujung dhuha. #dhuha
24. Seorang pengusaha tekstil ceritera, bhw tabungan 3th nya hilang sekejap. Kepengen sekali dia diskas, apa&bgm. #dhuha
25. Mula2 saya a/ izin Allah, tanya soal2 yg wajib. Sahabat ini mnjwb, yg wajib insyaAllah dikerjakan. Meski bulang bolong&brantakan. #dhuha
26. Dari soal yg wajibnya berantakan saja, saya udah ngasih sedikit catatan… Tapi krn kultwitnya ttg dhuha, lsg kita lompat ya… #dhuha
27.Soalan kedua, setelah nanya yg wajibnya pegimana, adalah gimana soal larangan Allah? Apakah ada yg dilanggar? Beliau blg ga ada. #dhuha
28. Okeh, kalau ga ada, mulailah masuk soalan ketiga… Soalan ibadah sunnah. Gimana dg ibadah2 sunnah? #dhuha
29. Bliau sedih, hidupnya sejak jadi pedagang, jauh, sepi, dari ibadah2 sunnah. Trmasuk dhuha. Dagangnya ga masalah. Wajib malah. #dhuha
30. Namun jika perdagangan jadi melalaikan kita dari ibadah yg wajib, juga yg sunnah, maka ini jadi masalah. #dhuha
31. mestinya dagang jadi ibadah, krn melalaikan yg wajib&yg sunnah, maka ga bs lg dagang disebut ibadah. #dhuha
32. Ok, kita lompat lsg ke pembahasan ttg dhuha ya. Ketika dia blg, ga lagi dhuha, u/ jangka wkt panjang, saya jelaskanlah… #dhuha
33. tentang kultwit dhuha_1 s/d dhuha_23, bhw dhuha itu hutang qt kpd Allah. Saban harin hutangnya 2 rokaat. #dhuha
34. kwn2 yg blm baca kultwit dhuha_1 s/d dhuha_23, kudu balik dulu, cari, baca itu kumpulan kultwit. Biar nyambung. #dhuha
35. Saya katakan kpd beliau, hutang itu kan adakalanya ditagih harian, mingguan, bulanan, tahunan, &ada jg yg skaligus diambilnya. #dhuha
36. Pengusaha ini mengerti. Dia meninggalkan dhuha begitu lama. Dhuha itu brarti rizki. Maka rizki itulah yg kini diambil kmbali. #dhuha
37. Logika kebalikannya adalah, bila pengen kembali rizki, kembali saja mlakukan dhuha… 3th dia nabung, tabungannya “ditarik” lg. #dhuha
37. bingung ya? Masa sih? Ya begitu dah. Namanya juga kultiwit tiwit, he he he, ya se-emprit emprit ngajarnya. Sampe ketemu ya. #dhuha
38. jgn lupa baca Surah Al-Mulk dulu sblm tidur. Kalau mau dikalikan 100x lipat pahala al mulk, bawa dlm shalat sunnah. Baca di dlm shalat. #dhuha
39. Makanya, hafalin al mulk, biar bs baca dlm shalat sunnah. Spy pahalanya dikali 100.
40. Yusuf Mansur ketika menulis dari Selangor, Malaysia, u/ Anda semua yg saya cintai krn Allah, hiks hiks hiks…
#dhuha_42 wot yu gev tu Allah, Allah wil pey yu bek beter den
yu gev to HIM. Giv HIM yur bes taim, yur best mani, yur best effort…

#http://maarif-sintang.org/2013/06/keutamaan-sholat-dhuha-oleh-yusuf-mansur/

Label: , ,